Sabtu, 12 Mei 2012

van Dongen dan Inspirasi "Rampokan"nya

Rampokan Java, 2004

Merasa familiar dengan detil background setting komik tersebut? Coba lihat becak dan supirnya, model rumahnya, design gerobak pedagangnya, atmosfirnya, semuanya. Iya, itu disini, di Indonesia. Tapi, kok berbahasa belanda?
Aku mengenalnya sekitar 5 tahun silam, tepatnya ketika aku baru saja duduk di bangku SMA, dan masih belajar sejarah. Adalah Peter van Dongen. Sungguh, aku tidak sengaja mengenalnya melalui media maha informasi ini ketika guru sejarahku memberi tugas tentang gambaran kehidupan masyarakat pasca kemerdekaan. Tiba-tiba saja satu klik itu membawaku memasuki page yang berjudul "Rampokan Java". Satu komik (tepatnya novel grafis) sejarah mengenai Indonesia pasca kemerdekaan yang dibuat oleh Peter van Dongen. WOW! Kupikir, ini dibuat oleh komikus Indonesia karena visualisasi garis - garis hitam lugas background lingkungan sekelilingnya tergambar dengan jelas dan detil sehingga memberi informasi sejarah yang mengesankan tentang Indonesia saat itu. Ternyata ini dibuat oleh komikus kawakan berkebangsaan Belanda, bahkan hingga diterbitkan sebagai serial komik dalam sisipan PS di harian Het Parool sejak 14 Juli 1998. Can you imagine? Cerita sejarah bangsa kita dimuat di harian Bangsa lain. Di media harian kita? NOT (yet).
Ya, Belanda adalah salah satu negeri komik terpenting di Eropa Barat, bahkan dunia. Melahirkan komikus hebat seperti Martin Lodewijk Hans G. Kresse, Peter de Smet, dan Peter van Dongen. Kenapa hebat? Selalu komik-komik tersebut memvisualkan atmosfir lingkungan yang hampir sama dengan aslinya dengan coretan garis hitam lugas nan detil. van Dongen misalnya, jangan mengira pembuatan komik Rampokan Java tersebut karena van Dongen telah hidup berpuluh tahun di Indonesia, sehingga komiknya hampir mendekati akurat dengan berbagai kebiasaan lokal masyarakat kita. Tidak, ia belum pernah sekalipun tinggal atau bahakan menginjakkan kaki di Indonesia selama proses pengerjaan komik. van Dongen hanya memvisualkan cerita-cerita ibunya yang seorang warga Sulawesi, ditambah dengan literatur dan foto-foto tua yang didapatnya di Museum Tropis Amsterdam. Tentu dibutuhkan proses kreatif yang super untuk memvisualkan apa yang tidak pernah ia alami menjadi gubahan gambar yang detil dan hampir mendekati akurat.
Setertarik itukah Belanda dengan Indonesia hingga sejarahnya dimuat di harian lokal setempat?
Ingat dengan ungkapan "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya"? Mungkin ungkapan klasik itulah yang dipegang teguh oleh masyarakat Belanda. Sering kali kita lupa bahwa sejarah begitu penting bagi perjalanan suatu bangsa. Melalui sejarah, kita belajar menghargai tetes darah dan keringat pendahulu untuk apa yang kita nikmati saat ini. Bentuk apresiasi terhadap sejarah, adalah bagaimana kita memelihara benda-benda peninggalan sejarah, dan membungkus kisah-kisah masa lampau tersebut dalam kemasan yang dapat dinikmati oleh generasi kini, dengan pendekatan kekinian juga. Belanda, begitu cantik dengan bangunan-bangunan bersejarah, dan juga museum yang tersebar di seluruh penjuru kota. Belanda juga menyimpan begitu banyak bukti sejarah otentik dari negara yang pernah disinggahinya. Apalagi, kini telah ditetapkan Modernisering monumentenzorg/MoMo yaitu peraturan modernisasi perawatan monumen. Dengannya, dimungkinkan lingkungan disekitar monumen juga ikut dilindungi (bukan hanya monumennya saja). Pemandangan, kanal, dan tanggul-tanggul sekitar monumen dianggap sebagai warisan kebudayaan yang sangat berharga. Mungkin harusnya, Belanda tak hanya dijuluki sebagai The Fourth World Happiness Report karena kesejahteraan masyarakatnya, Best International Venue karena kehebatan aristekturnya. Tapi juga Most Historic Preservation Effort untuk upaya pelestarian barang bersejarah.
Historic Holland

references :
http://www.ruangbaca.com/buku_bulan_ini/?action=b3Blbg==&id=MTE=.&when=MjAwNTA3MjE=
http://www.nederlandsindie.com/hollandse-waterlinie-dijadikan-monumen/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar